Apa itu rindu?
Rindu
Kala rindu menyapa
Aku diam dengan seribu tanya
Kenapa rindu datang begitu saja
Tanpa sempat sang waktu mencegahnya
Waktu berlalu tanpa permisi
Begitu pula rasa rindu enggan pergi
“Definisikan rindu!” Sontak dalam pikiranku berkelebat banyak hal tentang rindu. Menurutku rindu adalah perasaan dari hati terdalam tentang keinginan bertemu atau kembali pada momen dengan seseorang atau sesuatu hal. Bisa dikatakan rindu merupakan bahasa cinta. Ketika menghadirkan rindu tak luput setiap hati akan merasakan cinta. Merindukan yang dicintai. Bicara soal rindu erat kaitannya dengan waktu. Ketika rindu yang dirasakan membawa seseorang pada suatu momen tertentu yang membuat dirinya merasa bahagia. Baik momen yang telah berlalu dan harapan momen itu akan terjadi lagi. Lalu apa itu waktu? Manusia sering kesulitan dalam mendefinisikan waktu dan terkadang terjebak dalam mempersepsikan waktu, waktu diartikan sebagai angka yang tertera seperti 10.00 WIB.
Menurutku waktu adalah proses keberadaan. Apabila menyangkut masa depan hal mengenai waktu menjadi sebuah misteri dan ketidakpastian. Apabila menyangkut masa lalu adalah proses keberadaan yang jelas ada namun tidak mungkin untuk kembali dirasakan. Tapi apakah memang waktu yang sudah berlalu dan yang akan datang dapat kita katakan “ada”. Menurut Agustinus waktu ada dua macam, waktu objektif dan waktu subjektif. Waktu objektif adalah waktu di luar manusia, sedangkan waktu subjektif adalah waktu menurut akal budi. Waktu subjektif dapat kita ketahui saat merasakan misalnya sebuah pertemuan yang terasa singkat atau sangat lama. Atau saat kita merasa baru kemarin masih SD sekarang sudah SMP lalu mengatakan “cepat sekali ya, perasaan baru kemarin deh masuk sekolah”. Padahal waktu berjalan seperti biasa.
Kembali lagi pada topik rindu dan waktu . Kalo kata anak senja “Perihal rindu aku rajanya. Tiada kata lupa untuk menyapa.” Dan berkisah rindu tak ada habisnya bicara tentang kisah cinta seseorang kepada sesuatu ataupun seseorang. Yang mana hampir setiap hari di antara berjuta manusia merasakan rindunya. Hal ini sangat wajar. Yang mana kita akan kesulitan untuk menolak dan malah akan sulit terobati apabila terlanjur rindu.
Ibnul qoyyim dalam bukunya yang berjudul raudhatul muhibbin wa nuzhat musytaqin memaparkan pendapatnya mengenai rindu. Rindu adalah perjalanan hati menuju orang yang dicintai. Maka ketika seseorang yang merindui telah sampai tujuannya maka perjalanannya akan terhenti dengan sendirinya. Dari sini kita tahu bahwa obat rindu adalah sebuah perjumpaan, pertemuan. Yaitu perjumpaan dengan seseorang yang dicintai atau sesuatu yang dicintai. Kemudian yang sering kudengar rindu adalah api cinta yang berkobar-kobar di dalam hati seorang. Maka api itu akan membesar tatkala seseorang dekat dengan yang dicintainya. Kalo kata pujangga, hati adalah sumbu yang tersulut api cinta dan pertemuan adalah minyaknya. Kalo sering diminyaki apinya akan tambah besar terus kerinduan pun akan bertambah besar. Pertemuan pada akhirnya akan menghadirkan pertanyaan “Kapan akan bertemu?” bukankah begitu..
Lantas kapan aku merasakan rindu? Mungkin sejak dulu aku telah merasakan rindu namun telah hampir hilang rasa rindu itu. Setelah diingatkan kembali tentang rindu, sang rindu hadir kembali untuk ku rasakan. Bisa dikatakan aku sekarang sedang rindu tepat pukul 8.30 tertanggal 28 September 2020. Dia seseorang yang setiap perangainya membuat aku tertawa bahagia. Dia yang hadir tanpa sengaja membuat aku selalu mengingat kenangan dengannya. Rindu yang kurasakan bercampur antara kerinduan pada masa lalu dan keinginan untuk bertemu. Benar.. mungkin kebanyakan orang juga merasakan rindu seperti yang aku rasakan. Sampai sampai aku dibuatnya tersenyum senyum saat menulis ini. Kemudian timbul pertanyaan “Kenapa kita tak melupakan kenangan hingga menimbulkan rindu, seolah waktu mengikatnya dengan kuat di pikiran kita?”
Kemudian ada rindu terdalam yang kurasakan sejak aku mengenalnya lewat cerita sejarah. Seseorang yang belum kutemui, belum pernah menyapa, namun selalu menjadi teladan ku dalam setiap hal. Beliau sosok yang kurindukan untuk bertemu nanti di suatu tempat yang katanya indah dan menyenangkan. Dan kerinduan ini harus kuusahan untuk menghadirkan temu. Lalu kapan?... kelak setelah kematian
Dalam mendefinisikan rindu aku mengaitkannya dalam konteks waktu yang telah berlalu (tentang kenangan) dan kerinduan pada waktu yang akan datang (tentang sebuah ketidakpastian namun harus ku usahakan). Disinilah waktu menjadi sesuatu hal yang tak bisa dipisahkan dengan rindu atau bahkan dengan segala hal.
Kalo boleh cerita lagi aku memanipulasi rindu sebagai obat rinduku. Kala aku merindukan seseorang di masa lalu tak ada cara lain menitipkan pesan dalam setiap do’a. Berharap ingatan tentangnya hilang tak bersisa. Kemudian bagaimana aku mengusahakan agar rindu ku pada seseorang yang kuharapkan menjadi temu adalah dengan meneladani beliau. Melakukan sunnah-sunnah beliau, bersholawat, berdoa dan senantiasa menghilang kan rindu yang semu. Rindu semu yaitu rindu yang tak sepantasnya kuingat, karena itu hanya masa lalu dan memang tiada gunanya merindukan seseorang itu. Terima kasih telah membaca ceritaku.
Karanganyar, 29 September 2020
Komentar
Posting Komentar