Bapak
Bapakku
Kadang kita menerka-nerka hal yang membuat orang tua kita bahagia, namun seringkali berujung pada beban yang tak berkesudahan. Kita berasumsi bahwa membahagiakan kedua orang tua kita hanya dengan cara ini dan itu tanpa pernah bertanya secara mendalam kepada mereka. Apa sajakah yang membuat ayah dan ibu bahagia? Tindakan yang membuat seorang anak kehilangan kebahagiaannya. Bagaimana mungkin berusaha untuk membuat orang lain bahagia tapi dirinya tidak bahagia. Orang tua juga lupa atau mungkin tidak tahu karena mereka tidak pernah mengalami hal serupa dari orang tuanya dulu. Mereka tidak bertanya kepada anak-anaknya tentang apakah mereka bahagia? Apa saja yang membuat anak anak nya bahagia. Semuanya saling menerka dan mengira bahwa dirinya telah melakukan dan memberikan yang terbaik meski kenyataannya itu hanyalah ukuran dari dirinya sendiri. Apa yang membuat orang tua kita bahagia, apakah yang selama ini telah kita lakukan membuat mereka bahagia ataukah sebaliknya.
Aku pun sering menerka tentang bapakku. Karena bapak seringkali diam padahal aku sangat ingat, dulu saat kecil aku sangat dekat dengan bapak tapi sekarang. Aku banyak bercerita dan mengobrol dengan bapak seperti halnya anak kecil perempuan lainnya. Sekarang bapak menjadi sedikit bicara atau mungkin aku yang semakin pandai menjaga jarak darinya. Dulu aku sering sekali ke sawah bersama bapak, Bapak menunggu padi yang mulai menguning sedangkan aku bermain-main di aliran sungai kecil yang mengalir di dekat sawah. Semua kenangan itu masih terekam jelas dalam pikiranku, aku tak tahu apakah bapak juga masih mengingat kenangan itu sebagai suatu kesan atau mungkin sudah terlupakan.
Kadang aku bingung sebagai seorang anak bagaimana harus bersikap kepada bapak. Bagaimana harus membangun komunikasi yang baik, karena aku tak pernah diajak diskusi dalam keluarga seperti kebiasaan mengagumkan dalam ilmu parenting pada zaman sekarang. Akan tetapi ada satu hal yang aku tak pernah salah dalam menerka yaitu perjuangan bapak untuk sampai pada tahap ini, bapak berjuang keras untuk menyekolahkan kedua putrinya yang bisa dikatakan untuk menyekolahkan anak sangat sulit di daerah kami.
Sebelum adzan subuh berkumandang bapak telah bangun dan bersiap siap berangkat ke sawah. Bapak pulang setelah magrib kadang Isya’. Di usia yang akan menginjak usia 50 Bapak terlihat semakin kurus dan peluh keringat di wajahnya mengisyaratkan betapa capeknya bapak karena seharian bekerja tapi betapa hebatnya bapak, beliau tidak pernah mengeluh. Suatu malam saat kami sekeluarga menonton tv bersama tiba tiba bapak nyeletuk,
“Bapak ini kerja keras untuk anak anak bapak, semangat bapak dari anak anak bapak. Bapak itu seneng banget anak anak bapak pinter” Senyum bapak lebar dan penuh kebahagiaan, matanya berbinar dan ada harapan besar yang tersirat dalam ekspresi wajah bapak.
Seketika aku berpikir keras, bapakku memang tidak banyak bicara tapi pengorbanannya sebagai kepala keluarga terlihat dari bagaimana tindakan nya setiap hari. Ada peluh kebahagiaan ketika bapak mampu membuat keluarganya bahagia, anak anaknya bisa berpendidikan dan keluarga yang tercukupi segala kebutuhan.
Dialah bapak orang yang aku temui dan sosok yang paling ramah di keluarga. Sosok yang sangat hangat, sosok yang sangat peduli dan bertanggung jawab. Adalah bapak sosok yang berharga buat aku. Aku tidak akan pernah membanding-bandingkan bapak dengan laki-laki manapun karena bapak adalah bapak dan akan tetap menjadi bapak. Seorang laki-laki yang selalu dicintai oleh anak perempuannya.
Saat aku di perantauan ketika ada rindu yang mendalam mendengar kabar orang tua, bapak jarang sekali bicara dengan ku. Mungkin bapak tak kuasa menahan rindu hingga untuk bersuara pun tak mampu. Kadang aku berpikir apa ada yang mengganjal di hati bapak terhadapku sehingga beliau banyak diam seperti sekarang. Apakah aku tak sesuai dengan ekspektasi beliau? Pertanyaan itu membuat aku sedih, tapi aku juga tidak tahu cara yang tepat untuk mencari jawaban itu. Sebab aku pun benar-benar tak tahu cara berbicara sedalam itu dengan bapak.
Bapak tidak banyak bicara, cintanya tidak pernah kudengar dalam bentuk kata-kata. Tangannya kasar ketika ku salami, wajahnya berminyak ketika aku berusaha mencium pipinya, cinta bapak begitu dingin tidak berbahasa. Aku tidak pernah mendengar bapak bertanya tentang perasaanku di hari dimana usiaku menginjak 21. Bapak diam saja bagai tidak peduli, bapak tidak pernah menghubungiku lebih dulu, bapak yang entah bagaimana Ibu bisa jatuh cinta kepadanya. Aku tidak mengerti karena aku tahu bahasa cinta bapak bukanlah kata-kata. Cinta telah berubah dari kata sifat menjadi kata kerja. Setiap yang bapak lakukan karena kecintaannya padaku. Bapak memang demikian tetapi bapak tetaplah yang terbaik buat aku.
Selama aku hidup, aku tidak pernah bertanya bertanya kepada bapak, tentang apa saja mimpi-mimpi beliau, apa saja yang membuat beliau kecewa, apa yang membuat bapak bekerja keras dari pagi sampai malam. Aku hanya bisa menerka bahwa cinta seorang bapak sebesar cinta seorang ibu, mungkin terlalu besar sehingga tidak tampak di seluruh bumi. Beliau bagikan seluruh cintanya kepada anak-anaknya, beliau titipkan seluruh pengetahuannya, beliau sampaikan seluruh doanya kepada Tuhan di sepertiga malam untuk anak-anaknya, lalu dia simpan cinta di atas bantal tidur anak-anaknya, membiarkannya menjadi mimpi paling indah yang akan terjadi pada masa depan.
Aku pernah melihat melihat bapak tersenyum tulus ketika melihat putrinya menjadi anak yang tangguh. Bagaimanapun aku, keadaanku, apa yang aku lakukan, beliau selalu berkata “dia putriku”. Maka jangan sampai diri ini menggadaikan pengorbanan beliau dengan hal-hal yang murah. Karena bagaimanapun bapak lah yang akan berdiri paling depan untuk membela anaknya, berusaha paling keras untuk kebahagiaan anak-anaknya. Maka begitu besar juga cinta ini tumbuh untuk bapak. Aku selalu berdoa agar Tuhan selalu menjaga bapak dan cintanya sampai tempat indah di surga nantinya.
“Bapak terima kasih telah membuat putrimu kuat dan tangguh. Bapak dalam diammu kau ajarkan pada putrimu ini pelajaran hidup yang luar biasa. Bapak, terima kasih untuk segala cinta dan pengorbanan bapak ”
Ditulis ketika rasa rindu itu hadir,
Depok, 15 Oktober 2021
Komentar
Posting Komentar