Hidup bukan tentang diri kita sendiri
Assalammu'alaikum gengs
Halo gengs makasih udah mampir diblog gue, gue pengen sharing lagi tentang kajian shining yang gue ikutin kemarin dan kebetulan pematerinya adalah Kak Alfi Alghazi. Jadi kak Alfi membahas tentang "Hidup bukan tentang diri kita sendiri" so langsung aja yaa jadi ada begitu banyak manusia yang hidup akhirnya menjadi apatis, berlindung dibalik kata introvert, anti sosial dan sebagainya.
Bermanfaat, ini luas maknanya.
Bukan hanya hadir secara fisik namun orang bermanfaat bisa juga hadir dari segi hartanya atau tenaganya dan sebagainya.
Kalaulah memang hidup hanya tentang diri sendiri, maka Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam tidak akan pernah menyampaikan wahyu. Cukup Rasulullah sholeh sendiri dan beliau langsung masuk surga.
Tapi nyatanya tidak,
Beliau rela mengorbankan hidupnya, merelakan nyawanya, merelakan kehormatannya diinjak-injak oleh kafir Quraisy untuk menyebarkan dakwah islam.
Beliau rela kehilangan istrinya Ibunda Khadijah, beliau rela diusir dari kota yang paling ia cintai yaitu kota Mekkah.
Maka, hidup bukan tentang diri kita sendiri.
Kalaulah memang hidup hanya tentang diri sendiri, mungkin Abu Bakar Ash Siddiq tidak pernah terkenal dengan sedekahnya hingga semua hartanya disedekahkan.
Maka ketika ditanya oleh Rasulullah "Apa yang kamu sisakan untuk dirimu yaa Abu Bakar dan keluargamu?"
Abu Bakar menjawab "Yang aku sisakan untuk diriku dan keluargaku hanyalah Allah"
"Sesungguhnya sholatku, hidupku, ibadahku, hanya untuk Allah."
Ketika kita menisbatkan diri sebagai hamba Allah, maka segala apapun di dunia ini yang kita punya akan kita persembahkan untuk kebermanfaatan.
Kalaulah memang hidup hanya tentang diri sendiri, mungkin Utsman bin Affan gak pernah memberikan hartanya.
Tapi beliau mengorbakan hartanya di jalan Allah.
Kalaulah memang hidup hanya tentang diri sendiri, mungkin kaum Anshar tidak akan rela menerima Rasulullah di Madinah.
Tapi buktinya mereka mengorbankan banyak hal dari mulai harta, benda sampai istrinya mereka tawarkan.
Inilah pemahaman agama yang sudah mendalam yang ditarbiyyah oleh Rasulullah.
Kepedulian mereka terhadap dirinya sendiri tidak pernah menghalangi mereka untuk peduli kepada orang lain.
KITA HARUS SADAR,
SIAPA SEBENARNYA DIRI KITA INI ?
Kadang kita lupa dengan fitrah kita sebagai manusia, sebagai hamba Allah.
Apalagi di akhir zaman ini dengan adanya berbagai macam fitnah.
Akhirnya kita jadi apatis dan egois yang hanya memikirkan diri sendiri.
Allah tidak menuntut kita untuk menjadi orang yang sukses secara duniawi.
Allah hanya menuntut sebagaimana yang disampaikan oleh Rasul-Nya yaitu "Khairunnas anfa'uhum linnas" --> sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat.
Kalau kita kaya tapi tidak bermanfaat untuk orang lain, maka untuk apa kekayaan kita?
Kalau kita pintar tapi hanya untuk sendiri, maka untuk apa?
Ada yang lebih berharga dari hanya sekedar menjadi hebat, yaitu menjadi bermanfaat.
Kalau hanya sekedar hebat saja ada begitu banyak deretan manusia-manusia hebat, tapi sedikit yang mau mengorbankan dirinya untuk bermanfaat.
Bergaul dengan manusia itu capek.
Kalau sendirian kita tidak perlu memikirkan orang mau menyakiti hati kita, kita membatasi pergaulan diri.
Tapi amalan itu tergantung pada tingkat kesulitannya.
Maka, semakin banyak kita bermuamalah kepada orang banyak walaupun dari segi akhlak mereka kurang baik, tapi insya Allah kita mendapatkan pahala dari segi kesabaran.
Maka kita harus sadar bahwa kita itu adalah khalifah.
Khalifah itu adalah jabatan yang tinggi, amanah yang besar yang dipikulkan pada pundak kita.
Karena banyak manusia yang melakukan kerusakan di muka bumi.
Kerusakan berupa penebangan liar, eksploitasi alam, belum lagi melakukan maksiat-maksiat dan sebagainya.
Hal semacam itu adalah kerusakan yang ditimbulkan oleh manusia.
Jangan sampai kita termasuk dari yang demikian.
Karena kita ini adalah khalifah.
Bagaimana kita mewakili Allah tapi tidak melakukan kemaksiatan dimuka bumi.
Cara untuk menjadi khalifah salah satunya adalah "Khairunnas anfa'uhum linnas", atau "Sebaik-baiknya kalian adalah yang belajar Al-Qur'an dan mengamalkannya."
Dalam peradaban itu bukan hanya tentang agama tapi juga tentang SDM secara besar.
Maksudnya, kita harus menguasai dari segi ilmiah, pendidikan, perekonomian, agar umat kita ini terdepan.
Al-Qur'an ini turun sebagai penyempurna dari kitab-kitab sebelumnya, artinya tidak ada satupun masalah ketika Al-Qur'an diturunkan sampai hari kiamat nanti, yang tidak akan pernah terpecahkan oleh umat islam.
Kalaupun di dalam Al-Qur'an tidak dijelaskan secara terperinci, maka sudah dijelaskan dengan hadist.
Maka, Al-Qur'an ini sudah menjadi jawaban dari semua pertanyaan di muka bumi ini.
Maka dari itu, kita harus sadar apa diri kita ini?
Ingat bahwa kebahagiaan yang kita dapatkan bukan hanya kebahagiaan di dunia tapi juga kebahagiaan di akhirat nanti.
Hidup bukan hanya tentang gelar kita.
Hidup bukan hanya tentang nominal angka ditabungan.
Hidup bukan hanya tentang deretan mobil yang kita miliki.
Tapi bagaimana kita diingat oleh masyarakat, bagaimana kita diingat oleh umat muslim.
Bukan ingin disebut oleh manusia tapi ini juga patokan sebagai apa yang kita berikan kepada orang lain sehingga mereka mengingat kita.
Prinsip yang harus dimiliki oleh setiap muslim :
"Tinggalkanlah jejak yang indah dalam setiap langkah."
MULAI DARI YANG TERDEKAT
Bermanfaat itu harus dimulai dari yang terdekat. Bantu orang tua, tidak menjadi beban negara dan keluarga pun sudah termasuk orang yang bermanfaat.
Kemudian mulai dari lingkungan terdekat.
Kalau ada teman yang butuh bantuan maka kita tolong.
Setelah itu bisa mulai dari kegiatan sosial di organisasi terdekat kita.
Jangan sampai kita apatis terhadap orang lain.
Kalau kita tidak bisa menyumbang uang, maka sumbangkanlah tenaga.
Kalau kita tidak bisa menyumbang tenaga, maka sumbangkanlah dalam bentuk pikiran.
Kalau kita tidak bisa menyumbang dalam bentuk pikiran maka sumbangkalah dalam bentuk do'a. Kalau kita tidak bisa menyumbang do'a lebih baik kita mati saja.
Kita hanya daging yang tidak gunanya, tidak ada manfaatnya diatas muka bumi ini.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri......"
(QS. Al-Isra' 17: Ayat 7)
Jika kita memberikan kebermanfaatan untuk banyak orang, maka kebermafataan itu akan balik lagi ke diri kita sendiri.
Dan kebaikan ini akan menolong kita di akhirat nanti.
Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Barang siapa membantu keperluan saudaranya, maka Allah akan membantu keperluannya."
Kalau kita menolong seseorang maka kita juga menolong diri sendiri.
Kalau kita mendo'akan seseorang maka kita juga mendo'akan diri sendiri.
Kita harus sadar bahwa tolong menolong dalam islam itu bukan hanya balasannya sebatas dari orang yang kita tolong saja, tapi juga tercatat sebagai sebuah kebaikan di sisi Allah.
HIDUP INI ADA AKHIRNYA
Semua yang benyawa pasti akan meninggal. Pasti akan bertemu kepada Allah.
Jangan sampai kita kembali kepada Allah dalam keadaan bangkrut.
Kita harus sadar bahwa hidup ini ada akhirnya. Kita menyaksikan bahwa hampir setiap harinya ada saja orang yang dimasukan ke dalam liang lahat.
Maka dari itu jangan hanya memikirkan diri sendiri.
Terbarkanlah benih-benih kebaikan dan amal jariyah ke siapa pun dan dimana pun.
Rasulullah menyebutkan bahwa orang yang paling baik diantara kalian adalah orang yang paling banyak memberikan manfaat.
Introvert boleh tapi jangan sampai anti sosial hingga menutup diri.
Kadang bukan kitanya yang introvert tapi memang kitanya yang belum menemukan lingkungan yang tepat.
Untuk mendapatkan lingkungan yang tepat, kita harus mencarinya.
Karena lingkungan yang tepat adalah hasil dari sebuah pertemuan.
Cara menjadi bermanfaat itu banyak. Menyebarkan poster-poster kebaikan juga termasuk bermanfaat.
Setiap apa yang kita tuliskan akan abadi, maka tulislah apa yang akan membahagiakan kita di akhirat.
"Sebarkanlah kebaikan yang akan membuat kita bahagia di akhirat nanti."
Kalau kita mengajak orang bermaksiat maka orang yang kita ajak itu akan meminta pertanggung jawaban di akhirat nanti dan mereka akan menyalahkan kita juga.
Kalau sebaliknya, kita mengajak kebaikan, maka insya Allah orang yang kita ajak akan menjadi saksi bahwa kita pernah berbuat baik di dunia ini. Insya Allah itu akan menjadi pemberat amal baik kita di akhirat, dan itu yang paling kita butuhkan.
Kebaikan itu tidak dihitung dari status sosial dipandangan manusia.
Tapi kebaikan itu dihitung disisi Allah.
Bisa jadi kebaikan yang terlihat kecil dimata manusia, tapi disisi Allah itu menjadi kebaikan yang besar.
Justru kebaikan yang kita anggap besar bisa jadi itu sebuah kehancuran dan keburukan dihadapan Allah.
Kalau kita tidak sadar bahwa niat kita dalam melakukan kebaikan adalah untuk dipuji manusia.
"Innamal a'malu binniyat"
Semua apa yang kita lakukan termasuk ibadah kita tergantung dengan apa yang kita niatkan. Maka luruskan selalu niat agar semata-mata karena Allah.
Orang yang pertama kali masuk neraka itu bukan golongan orang-orang pezina, pemabuk, pencuri, ataupun pembunuh.
Tapi orang-orang yang riya' akan ibadahnya.
Wallahu'alam,
Jazakumullah Khayr sudah membaca, afwan apabila ada kesalahan dalam penulisan.
Temen temen juga bisa ikuti kajian shining setiap Kamis dan Jumat, atau bisa lihat di Youtube Amasholeh TV.
Oke gitu aja yaa terimakasih. Wassalammu'alaikum
Komentar
Posting Komentar