Bohong Menunumbangkan Masyarakat
Hamka, penyunting: Dharmadi [2017]
Bohong di Dunia : Gema Insani.
"Kejadian nyata yang dialami jiwa manusia, yang dinamakan fitrah adalah benar dan jujur. Suara hati dari dalam lubuk terdalam dan tulus adalah kejujuran dan itu bukan kebohongan. Hanya keadaan lain yang datang dengan tiba-tiba lah yang akan memaksa manusia untuk berbohong"
- HAMKA
Kejujuran dan kebenaran dipandang sebagai urat yang meneguhkan suburnya masyarakat. Kejujuran dan kebenaran diumpamakan seperti air mengalir yang memberikan kehidupan pada sebuah pohon yang kemudian dialirkan ke seluruh bagian pohon.
Mulut seseorang lebih lancar mengucapkan kebenaran dan agak sukar membuat kebohongan dan "melatih" kebohongan. Segala sesuatu yang terjadi di dalam masyarakat tidak dapat disempurnakan jika tidak disertai dengan sikap yang benar.
Lalu, mengapa kebohongan dianggap dapat menumbangkan masyarakat? Coba kita lihat ke semua sisi, kita akan melihat bahwa kebenaran adalah sendi dari segala macam cabang kehidupan, sedangkan kebohongan adalah sesuatu yang akan merobohkan kehidupan.
Bayangkan jika banyak terjadi kebohongan dalam kehidupan bermasyarakat. Penjual yang berbohong demi meraup untung, regulasi di bidang ekonomi yang penuh dengan tipuan, saudagar yang suka ingkar, hakim yang berbohong, seorang tersangka yang berbohong, guru yang berbohong, hingga kesaksian yang penuh kebohongan. Semua kebohongan yang dilakukan tidak membawa ketentraman dalam hidup melainkan mengacaukannya. Sebuah bangsa yang diisi oleh masyarakat yang pembohong akan membawa seluruh kebangsaan dan kemuliaan negaranya tercoreng.
Oleh sebab itu, mulailah untuk mengedepankan kejujuran dan kebenaran dari dalam diri. Kemudian tularkan pada lingkungan sekitar. Jika masyarakat suatu bangsa mengedepankan kebenaran dan kejujuran, insyaa Allah masih ada harapan bagi suatu bangsa untuk mencapai arti hidup yang sebenarnya.
[Pens : sin/cos]
Komentar
Posting Komentar