Stress akan target yang tidak tercapai
Stress akan target yang tidak tercapai
Tadabur QS: Asy-syu'ara: 3
Tafsir fi zilalil Quran dan Tafsir Al Muyassar.
Sebagaimana manusia pada umumnya setiap kita pun bisa sedih bahkan kecewa ketika sesuatu yang kita targetkan, tidak tercapai. Apalagi jika itu adalah target kebaikan.
Tau kah teman-teman, Rasulullah SAW juga pernah mengalami kesedihan atas ketidaktercapaiannya targetan kebaikan (berupa dakwah kepada kaum Qurays)
Maka Allah SWT berfirman mengingatkan serta menenangkan hati Rasulullah sebagaimana yang difirmankan dalam Asy-Syuara ayat 3.
لَعَلَّكَ بَٰخِعٌ نَّفْسَكَ أَلَّا يَكُونُوا۟ مُؤْمِنِينَ
Barangkali kamu (wahai Rasul) lantaran besarnya antusiasmu untuk memberi mereka hidayah, akan membinasakan dirimu sendiri, dikarenakan mereka tidak beriman kepadamu dan tidak menjalankan petunjukmu. Maka janganlah kamu melakukan itu.
(Tafsir Al Muyassar - Kementerian agama)
Menurut Sayyid Qutb dalam Tafsir fi Zilalil Quran dijelaskan bahwa dalam alur bahasa ayat tersebut tersirat nada celaan terhadap kesempitan dan tekanan keras yang dialami Rasulullah serta kesedihan beliau karena orang-orang musyrik tidak mau beriman.
" kata 'بَٰخِعٌ نَّفْس' berarti membunuh jiwa sendiri. Ungkapan ini menggambarkan sejauh mana Rasulullah menderita karena pendustaan mereka. Pasalnya, beliau sangat yakin atas adanya hukuman yang menanti mereka karena pendustaan itu. Jiwa Rasulullah terenyuh terhadap apa yang menimpa mereka, sementara mereka adalah keluarga, kerabat, dan kaumnya. Hati beliau menjadi terasa sempit karenanya. Namun Allah menyayanginya dan melarangnya bersikap sedih dan mengalami stress yang bisa mematikan itu serta meringankan bebannya."
Allah SWT seolah-olah berfirman kepadanya, "Sesungguhnya keimanan mereka bukanlah target yang dibebankan kepadamu. Seandainya Kami ingin memaksa mereka untuk beriman, pasti Kami turunkan dari langit mukjizat yang memaksakan dan menaklukan yang tidak mungkin dapat dibantah oleh orang-orang musyrik itu , dan tidak mungkin pula mereka mengelak dari iman."
Menurut penulis #HikmahHariIni yang bisa diambil sebagai berikut:
(1) Stress itu bisa dialami siapa saja, tapi kebanyakan dari kita stress bersebab kerugian pribadi. Sedangkan Rasulullah SAW barometer stressnya adalah kerugian pada umatnya, kesengsaraan dan siksaan yang akan dihadapi umatnya lebih menjadi beban pikirannya dibandingkan kelelahan dan kesulitan yang beliau alami dalam dakwah. Betapa sungguh mulia dan tulus cinta beliau kepada umatnya dan betapa malunya kita dengan standar stress kita.
(2) Meski demikian, Allah SWT tetap melarang sikap bersedih hati dan stress terhadap ketidaktercapaian target kebaikan tersebut. Ini menjadi renungan bersama buat kita, jika Rasulullah SAW saja yang level stress-nya pada urusan kebaikan yang bersifat rahmatan lil alamin itu dilarang, maka bagaimana dengan kita yang stress-nya masih pada urusan-urusan kebaikan untuk diri kita sendiri, itu pun baru menurut kita belum tentu menurut Allah.
(3) Mau seperti apapun bentuk stress-nya tetap saja tidak ada stress yang baik. Sebab itu mengekspresikan rasa putus asa, yang hanya akan merugikan diri kita sendiri. " Keimanan mereka bukanlah target yang dibebankan kepadamu" memberikan isyarat kepada kita untuk senantiasa mengevaluasi kembali apa-apa yang kita targetkan dan apa niat dibalik semua targetan itu. Jangan sampai ada celah salah harap yang berujung pada kekecewaan, dan putus asa. Stress itu mungkin biasa dan sangat bisa terjadi oleh siapapun dimanapun dan kapan pun, akan tetapi mari tetap berupaya menguasai hati kita agar cinta, harap, dan takut senantiasa mengarah kepada Allah SWT saja, sehingga pikiran-pikiran kita hanya berorientasi kepada orientasi yang luas, yakni "Ridhonya Allah SWT". Dengan demikian tercapai tidaknya suatu targetan menjadi hal yang "terasa biasa" dalam proses kita meraih ridhonya Allah SWT.
Wallahu a'lam
Komentar
Posting Komentar