Reminder: Teruntuk aku yang masih senang membandingkan hidupku dengan orang lain
Teruntuk aku yang masih senang membandingkan hidupku dengan
orang lain
Saat bertemu orang orang yang aku anggap lebih baik dan
keren sering kali terlintas dalam pikiranku
“Waw kok dia keren banget ya”
“Kok dia bisa sehebat itu?”
“Dia kritis banget, keren argumentasinya”
“Dia kok bisa nanya gitu ya aku ga kepikiran sama sekali”
“Dia produktif banget, sering nulis di blog, sering ikut
lomba dan menang, postingan di instagramnya pun bagus bagus”
“Dia pinter banget, gampang banget masuk PTN”
“Wah enak ya jadi dia sering pergi ke luar negeri”
“Coba aku bisa kaya dia”
Dan masih banyak pikiran yang tiba tiba terlintas olehku.
Saat diri mulai lelah dan banyak kegagalan yang sering kita alami , hati tidak
sengaja ingin merasakan dan tertarik dengan kehidupan oarng lain. Mulailah
membandingkan diriku sendiri dengan kehidupan orang lain. Terkadang
mempertanyakan kenapa kehidupanku seperti ini dan merasa seolah olah dunia
tidak adil denganku. Dan tanpa sengaja menyalahkan takdir Allah.
Sering juga ketika aku melihat pencapaian orang lain. Diri
ini merasa rendah diri. Merasa paling buruk, paling tidak beruntung, tidak bisa
melakukan apa apa, sering salah dan setiap ucapanku merasa tidak dihargai.
Sering sekali pikiran ini tidak terkendali, rasa lelah lah yang membuat hati
dan pikiran tidak terkendali. Kehidupan menjadi oleng dan hilang arah.
Astagfirullah…
Yahhhhh diri ini memang perlu menguatkan diri sendiri.
Meyakini bahwa setiap orang memiliki perjalanan hidup yang berbeda beda.
Memiliki porsi kehidupan yang berbeda pula sesuai kapasitas dirinya. Di setiap
perjalanan yang kita lalui Allah telah melukiskan pemandangan yang indah.
Aku suka dengan gunung, ada filosofis dibalik perjalanan
mencapai puncak gunung. Perjalanan menuju puncak gunung seperti perjalanan kita
menuju tujuan hidup yang sesungguhnya yaitu surga. Bila aku menceritakan
perjalananku saat pertama kali mendaki di Puncak Lawu tahun 2017. Ada banyak
hal yang kupelajari. Yang aku ketahui perjalan menuju puncak gunung sangat
berkelok kelok, ada banyak rintangan dan hambatan yang aku lalui. Perasaan yang
bercampur aduk menemani perjalanan menuju puncak gunung. Rasa sakit, lelah dan
dingin yang menyelimuti perjalanan.
Untuk mencapai puncak aku harus bekerja keras dan pantang
meneyerah. Jika aku lelah dan menyerah aku tidak akan bisa menikmati
pemandangan puncak gunung yang luar biasa indahnya. Saat mendaki pun masing
masing orang memiliki pengalaman yang berbeda tergantung persiapan kita juga.
Karena banyak hal yang kita tidak tahu saat memutuskan untuk mendaki. Maka
perlulah persiapan yang matang sebelum melakukan perjalanan. Yaaa persiapan
hati dan iman, menjadikan Allah sebagai tujuan.
Meskipun kita berangkat bersama sama menuju puncak namun
kita akan sampai puncaknya sesuai dengan kemampuan kita juga. Sama halnya
manusia memiliki garis finisnya masing masing. Dan hal ini tidak bisa disamakan
dengan siapapun. Yang terpenting bagaimana kita memanfaatkan bekal perjalanan
yang kita punya untuk memaknai setiap perjalanan atau proses kehidupan yang
sudah Allah tetapkan.
Apa yang telah dicapai orang lain merupakan proses baginya.
Jadikan hal tersebut untuk memacu kita agar menjadi lebih baik lagi. Jangan menjadikan
hal tersebut sebagai penyakit iri
dengki. Fokus dengan pencapain diri sendiri karena mungkin kita memiliki banyak
potensi yang masih terpendam. Banyak hal yang lupa untuk kita syukuri. Padahal
setiap nafas yang kita hembuskan itulah nikmat kehidupan yang begitu besar.
Yaaaa yang perlu aku lakukan adalah sejenak melihat
kebelakang, begitu panjang perjalanan yang telah aku lakukan hingga sampai
sekarang. Banyak agenda kebaikan yang sudah aku kerjakan. Betapa banyaknya
kenangan indah yang telah aku lakukan bersama teman teman seperti kenangan
indah saat melakukan pendakian. Disaat itu aku penuh semangat, ceria dan
pantang menyerah meskipun menjadi satu satunya pendaki pemula.Begitu juga
dengan kehidupan. Mungkin aku berjalan pelan tapi aku akan sampai tujuan pada
waktu yang tepat yang telah ditentukan Sang Maha Pemberi Kehidupan.
Alhamdulillah atas semua yang aku alami hingga sekarang.
Aku bukan dia, dia bukan aku.
Aku harus sadar bahwa diri ini perlu dicinta juga
Kehidupan ini harus disadari dan dimaknai
Aku tidak akan menjadi orang lain tapi aku akan jadi diriku
sendiri
Versi terbaikku.
Allah telah memeberikan keistimewaan padaku
Tentunya kamupun begitu kawan
Mari bersama mensyukuri kehidupan………..
Komentar
Posting Komentar