Estetika

Estetika dalam Sistematika Filsafat

Secara tradisional Sistematika Filsafat atau Filsafat Sistematik dikelompokkan sbb :

·         Ontologi-Metafisika

·         Epistemologi

·         Logika

·         Axiologi : Etika dan Estetika

Philosophical Aesthetics

Sebagai cabang (Philosophical Branch) dari Filsafat Sitematik Estetika disebut sebagai Estetika Filosofis, dibedakan dari estetika sebagai bagian dari kajian seni atau cabang seni, terkait estetik (‘keindahan’) seni tersebut, misalnya estetika sastra, film, musik, dsb. Estetika seni dibedakan dari kajian seni lainnya misal, sejarah seni, sosiologi seni, apresiasi seni, dsb. Sementara itu jika memperluas Estetika Filosofis pada seni, maka kita dapat membahas Filsafat seni dengan pendekatan Filsafat Sistematik : ontologi seni, epistemologi seni, logika  seni, etika seni dan kita dapat mengkajinya berdasarkan estetika tersebut. Sebagian para filsuf berfokus pada estetika filosofis (Baumgarten, Kant), ada yang memiliki estetika filosofis dan filsafat seni (Hegel), dan banyak filsuf lainnya terutama filsuf kontemporer.

Status Filosofis Estetika

Estetika dikaitkan dengan seni dan keindahan. Estetika sering digunakan sebagai alat untuk membahas karya seni, padahal wilayah seni adalah wilayah penciptaan, karya (seni) dan penikmatan karya, apakah estetika masih filosofis ketika digunakan sebagai alat untuk seni yang wilayah penciptaan (poeiesis) dan praksis? (Mary Devereaux, Aesthetics Online). Selama ini estetika diartikan indah, cantik, keindahan. Estetik dari asal katanya (etimologi) yang sesungguhnya adalah sensasi terhadap suatu.(Baumgarten) Ini bisa untuk menjelaskan pengalaman lain seperti dalam melihat bentuk, corak yang tidak biasa, film horor, tragis, yang bisa terjadi pengalaman estetik.

Estetika seringkali disamakan dengan filsafat seni. Filsafat seni membahas seni, bisa dari dari proses kreatif dan pengalaman estetisnya. Keduanya bisa sama bisa berbeda.Estetika bisa membahas tentang alam. Estetika adalah cabang filsafat yang membahas tentang keindahan, seni dan kritisme (Dickie,1999)

Hingga hari ini masih banyak pandangan yang mencampurkan pengertian Estetika dan Filsafat Seni. Ada dua pendekatan untuk membahas hal ini, yaitu sebagai estetika filosofis dan estetika terkait seni, namun dibedakan dari Filsafat Seni karena Filsafat Seni. Tidak hanya membahas dan mempertanyakan “What is Art?” tapi lebih focus pada Filsafat Seni Individual (visual, musik, film, seni pertunjukan, teater, tari, fashion, hingga mempertanyakan apakah makanan dapat dikategorikan sebagai art form?),  dalam “What is individual Arts?”

Estetika atau Filsafat Seni dulu?

Ada yang berpendapat bahwa Filsafat Seni yang lebih dulu, dengan argumen dari pemikiran Plato bahwa Plato lebih membahas seni lebih dulu ketimbang estetika (keindahan) dalam Politeia. Ada yang berpandangan estetika lebih dulu, dengan mengambil karya Plato, dan beranggapan Estetika terkait keindahan dibahas secara luas dalam Symposium, karena terkait cinta, objeknya bukan hanya seni. Wilayah ini masih dapat dieksplorasi, karena banyak karya seni yang ada sebelum Plato, namun belum dikelompokkan sebagai seni dalam pengertian modern, dan dianggap sebagai techne (art dan craft) sesudah Aristoteles, dan ritual religi pagan dalam mitologi. Estetika seringkali disamakan dengan filsafat seni. Filsafat seni membahas seni, bisa dari dari proses kreatif dan pengalaman estetisnya. Keduanya bisa sama bisa berbeda. Estetika bisa membahas tentang alam.

Awal Percampuran Estetika – Filsafat Seni.

Latar belakang dimulai dari Sejarah pemikiran Plato yang berkembang dalam wilayah yang sama, hingga Baumgarten pada 1750, dengan karyanya Aesthetics, menyampaikan bahwa Aesthetics sebagai cabang/studi filsafat mandiri yang tidak hanya membahas seni. Beberapa pemikiran yang menjadikan percampuran ini adalah : - asal-usul istilah dari Yunani yaitu techne (art dan craft), - banyaknya karya seni yang tercipta pada masa Renaisans, - Baumgarten yang mengangkat sense cognition setara dengan rational cognition, - estetika tidak harus membahas seni, karena modernitas mencampurnya melalui Fine Arts dan sikap disinterested terhadapnya.

Arti kata estetika (etimologi)

Estetika berasal dari bahasa Yunani, dari akar kata aisth , dan kata bentukannya aisthesis, aisthanomai, aisthetikos, dsb. yang artinya adalah mengetahui/mengalami secara inderawi, menginderai, pengalaman inderawi (to sense, to perceive, to feel) : Menginderai : melihat, mendengar, merasa, mengecap, membau; mempersepsi dan merasakan. Intinya estetik adalah sensasi (kerja inderawi).

Estetika sebagai ilmu Pengetahuan Filsafat yang mandiri diperkenalkan pertama kali oleh Alexander Baumgarten (1714 – 1762) sebagai Estetika filosofis, dalam bukunya Aesthetica (1750). Estetika menurut Baumgarten adalah ilmu pengetahuan tentang sensibilitas yaitu menyangkut persepsi inderawi.

Aesthetics (as the theory of liberal arts, as inferior cognition, as the art of beautiful thinking and as the art of thinking analogous to reason) is the science of sensual cognition.

Aesthetics is the science of sensual cognition.

Sebagai ilmu tentang sensibilitas atau pengetahuan inderawi, estetika juga disebut sebagai ilmu pengetahuan (teori) tentang seni. Sebagai ilmu tentang sensibilitas  yang membahas seni diterapkan aturan-aturan tentang seni dan keindahan. Maka Estetika menurut Baumgarten ilmu pengetahuan menyangkut sensibilitas terhadap keindahan dan seni, yang berciri rasional.

Berdasarkan pendapat Baumgarten tersebut maka pembahasan Estetika dilakukan berdasarkan pembahasan teori keindahan dan teori seni yang terdapat dalam pemikiran para filsuf maupun estetikawan dan pemikir tentang seni.

Baumgarten tentang seni

Karya seni adalah obyek yang lebih baik dari obyek-obyek lain, merepresentasikan kesatuan dan keindahan dunia. Jika kebenaran estetik menanungi kekayaan, kerumitan dan individualitas yang unik dari pengalaman langsung. Kebenaran seni tetap sebagai kebenaran sensual, yang tidak dapat dikonseptualkan. (Pemikiran Estetika Baumgarten akan dibahas pada sesi tersendiri).

Arti kata Indah

Indah diartikan sebagai cantik, bagus, baik, juga berarti  perhatian, peduli (care). Sedangkan estetik bisa menunjuk pada sensasi sublim, anggun, mempesona, elegan, menarik, jijik, horor, tragis, membosankan memuakkan, lucu, teratur, harmoni, dsbnya, yang intinya adalah  kualitas atau nilai.

Keindahan dan Seni

Anggapan yang ada, nilai yang terkandung dalam karya adalah keindahan satu dari trilogi konsep Yunani, the Beautiful, the Good and the True.’Seni adalah inkarnasi dari keindahan dalam karya manusia. Maka sampai sekarang seni pada umumnya dan seni visual khususnya dikaitkan dengan keindahan, padahal pada masa sekarang terdapat konsep anti-estetik.

Dalam sejarah, terdapat berbagai pengertian keindahan. Konsep Keindahan Yunani adalah Keindahan Ideal yang berdasarkan keteraturan, keseimbangan ukuran (symetron), ketepatan ukuran (metron), harmoni, dan kesempurnaan. Keindahan pada jaman Abad Pertengahan dikaitkan dengan agama-agama, baik agama yahudi, Kristen maupun Islam. Keindahan dianggap ada secara obyektif, berada di luar manusia, di dunia tersendiri, keindahan dari yang maha agung, keindahan surgawi. Konsep Keindahan pada Masa Mosern mulai dianggap sebagai keindahan Subyektif, yang ukurannya adalah subyek /manusia/orang yang merasakan keindahan itu, yang muncul lewat selera. Keindahan pengalaman subyektif namun pada masa itu dianggap berlaku secara universal, dianggap semua orang merasakan keindahan yang sama. Pengertian keindahan pada masa kini dipertanyakan, masih adakah keindahan dalam seni? Hal ini terutama setelah lahirnya gerakan Avant Garde. Pengertian keindahan pada masa kini/ kontemporer  lebih bersifat plural, menerima berbagai gagasan dan pengertian keindahan, bahkan menerima yang ‘tidak indah’, namun pada yang tidak indah tetap terdapat unsur estetik (sensasi, daya tarik).

 

Kesimpulan tentang Keindahan

Pengertian Keindahan sebagai keindahan ideal, surgawi, subyektif universal, tampaknya tidak berlaku secara tunggal lagi dalam wacana seni (juga desain), melainkan keindahan yang lebih plural, bahkan berlaku bagi yang tidak indah. Yang menjadi poin adalah terjadinya penginderaan, dan dalam penginderaan terjadi pemaknaan, salah satunya melahirkan pengalaman keindahan dan ‘keindahan’ (bisa tidak indah).

Seni

Seni dalam bahasa Indonesia berarti kecil, ada yang mengartikan persembahan. Dalam bahasa Inggris Art berasal dari bahasa Latin Ars, yang artinya adalah craft Dalam bahasa Yunani seni berasal dari kata techne, yang artinya craft dan art Techne adalah kemampuan membuat sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada dengan kemampuan khusus dan dengan tujuan tertentu.(Beardsley : 1985). Definisi Seni merupakan persoalan besar sepanjang sejarah, karena banyak sekali definisi seni. Estetika Abad 20 akan membahas berbagai definisi seni dan aliran/gerakan seni Contoh definisi seni dari Collingwood (1970) : Seni adalah karya buatan manusia, dibedakan dari karya alam, tidak terkait dengan kepentingan praktis, dibedakan dari craft, menimbulkan pengalaman estetik. (Definisi ini sudah mendapat kritik postmodernisme).

Kritik Seni

Kritik berasal dari bahasa Yunani krinein yang artinya membelah.Pada masa Yunani kritik diartikan sebagai penghakiman terhadap suatu karya. Kriterion dalam bahasa Yunani berarti hakim. Oleh karenanya kata kritik seringkali ditakuti orang, karena dianggap menghakimi.

Pada masa kini, kritik seni tidak lagi diartikan sebagai penghakiman terhadap karya, tetapi sebagai apresiasi, perhatian dan kepedulian terhadap karya. Dalam Kritik Seni dilakukan, pemahaman, penafsiran makna (interpretasi) dan evaluasi. Kritik Seni pada masa ini juga terkait dengan 7 tipe pasar seni, yaitu : seniman, kritikus, pedagang seni, konsultan seni, kolektor, ahli lelang,direktur museum dan kurator.

Tujuan kritik seni

·         Pemahaman (Understanding)

·         Kesenangan/kepuasan (delight/pleasure)

·         Berbagi tentang sesuatu yang kita ketahui (sharing, talk about), bukan sekedar hedonistik dan  informatif belaka

·         Membuat pernyataan menyangkut karya tsb. (rank and evaluate). Bisa terjadi cultural anomaly, bahwa suatu kritik seni yang berusaha menginformasikan tentang seni, justru cenderung mempengaruhi  penciptaan dan produksi seni.

·         Untuk bisnis seni

·         Menemukan standar kreasi seni untuk masa depan

Syarat kritik seni

·         Sangat akrab dengan obyek, sangat mengenal obyek (wide acquaintence)

·         Memiliki kepekaan kritis (critical sensibility)

·         Kematangan dalam menilai ; menahan diri untuk tidak menilai secara tergesa-gesa, sampai seluruh fakta terkumpul (judicious temperament)

Jenis Kritik Seni

·         Kritik Jurnalistik : Ciri utamanya adalah sebagai berita

·         Kritik Pedagogis : Untuk mengembangkan kemampuan artistik dan estetik mahasiswa

·         Kritik Akademik : Pengembangan lebih jauh  kemampuan kritik, kepekaan kritis, dan kematangan dalam penilaian. Fungsinya adalah memberi analisa menyeluruh , interpretasi dan evaluasi terhadap suatu karya

·         Kritik Populer : Menilai berdasarkan intuisi

Macam Penilaian Kritis

Diantara berbagai penilaian kritis adalah  menurut Feldman, yang pembagiannya berdasarkan form dan content :

1.       Formalisme

·         Kritik Formalisme : hanya memfokuskan pada hal-hal formal yang terdapat di dalam karya (Form)

·         Menolak membahas isi (Content), proses kreatif, reaksi penikmat maupun konteks karya, apakah sejarah, sosial, politik,pasar, maupun ideologi.

·         Hal di luar karya tidak relevan

2.       Ekspresivisme

·         Kritik Ekspresivisme menyampaikan suatu gagasan maupun perasaan  secara intensif, jelas dan efektif.

·         Yang dipentingkan adalah intensitas pengalaman senimannya, pengalaman dunia batin (inner life)

·         Contoh ekspresivisme adalah pada karya anak-anak.

3.       Instrumentalisme

·         Instrumentalisme adalah paham yang menganggap seni sebagai alat/sarana untuk mencapai tujuan moral, religius, politis, pendidikan dan psikologis.

·         Instrumentalisme berurusan dengan konsekuensi/akibat dari gagasan atau perasaan yang ditampilkan dalam karya seni

·         Menurut aliran ini seni harus mencapai tujuan yang lebih penting ketimbang karya  itu sendiri.

4.       Kontekstualisme

·         Kritik seni kontekstualisme mementingkan konteks suatu karya.

·         Karya tidak hidup di ruang hampa, ada sejarah, sosial, politik, ideologi, tradisi dan lingkungan yang mewadahi dan melingkupinya.

·         Oleh karena itu suatu karya tidak dapat dinilai hanya dengan melihat karya itu sendiri, karena tidak akan bermakna banyak.

·         Karya harus ditempatkan pada konteks.

·         Disini dapat bekerja berbagai pendekatan, sesuai perkembangan keilmuan.

Menulis Kritik Seni

Langkah dalam menulis Kritik Seni :

1.       Deskripsi obyektif : adalah proses menemukan sesuatu yang sudah ada disana, mencatat apa yang hadir secara langsung, sejauh mungkin menghindari menarik kesimpulan. Kita hanya ingin tahu “apa yang ada di sana”. Yang kita temukan adalah sesuatu yang obyektif. Mendeskripsikan apa yang  sudah ada, misalnya : waktu dan tempat suatu pameran, atau kegiatan seni yang berlangsung; pelakunya siapa : senimannya, aktor-aktrisnya, pemusiknya dll.; durasinya dll.

2.       Analisa formal : kita melangkah lebih jauh, to go behind, terhadap apa yang telah kita temukan sebelumnya. Mulai meneliti karya secara lebih dalam, tapi belum boleh melakukan interpretasi, misalnya menyebut bentuk,warna, tekanan, irama yang ada dalam suatu karya, yaitu hal-hal yang sifatnya formal

3.       Interpretasi : memaknai karya seni yang dikritik, menafsirkan dll, membentuk suatu hipotesa tertentu. Hal paling penting dalam Kritik seni adalah interpretasi, tetapi paling problematik, karena banyak interpretasi yang mungkin, disini dapat digunakan berbagai teori dan metode interpretasi. Interpretasi mana yang paling dapat diterima/dibenarkan seringkali menjadi permasalahannya. Menginterpretasi suatu karya harus dapat menjelaskan atau mempertanggung-jawabkan interpretasinya (reasoning) dalam kaitan dengan teori-teori dan metode yang akan digunakan.

4.       Evaluasi atau Penilaian : Membandingkan dengan karya serupa dalam sejarah, Menilai originalitasnya, menilai keahlian dan tehnik pengerjaannya.. Dalam Kritik Seni kita dapat melakukan evaluasi atau penilaian terhadap karya. Penilaian harus didasarkan pada reasons yang dapat dipertanggung jawabkan. Kritik merupakan penyampaian penilaian kritis (cerdas, membuka wawasan, mempertanyakan yang baku, mapan,dll.). Kritik dapat berupa penyampaian perasaan kritikus. Kritik dapat dilakukan dengan menjelaskan karya dan mengundang partisipasi.

Kuratorial

Apa beda kritik seni dan Kuratorial ?

Jika kritik seni dapat dilakukan oleh siapa saja, terutama yang profesional adalah pengamat seni dan kritikus seni, maka kuratorial hanya dilakukan oleh kurator (tertentu). Siapa dan apa  itu kurator (curator)? Kurator adalah orang yang ditugaskan untuk menjaga/memelihara karya seni dalam institusi tertentu, seperti galeri, rumah lelang, museum (terkait seni). Kurator berasal dari bahasa Latin curare, yang artinya memperhatikan, merawat, menjaga dan bertanggung jawab.(take care).

Kritik Estetik (?)

Kritik Estetik adalah pemikiran kritis terhadap objek apapun selain seni (dalam kategori tradisional) : dapat berupa alam, lingkungan, dan produk budaya lainnya, dengan pendekatan estetika/teori-teori estetika, misal melalui estetika keindahan, estetika lingkungan, estetika sehari-hari, estetika politik, estetika feminis, dan estetika Timur, ataupun melalui pendekatan sejarah Estetika.

 

Catatan diatas merupakan materi kuliah Estetika, 22 Februari 2021 diambil dari ppt Ibu Embun Kenyowati E.

 


Komentar

Postingan Populer