Zuhud lifestyle
Assalamu'alaikum
Gue mau sharing lagi heheheh tentang Zuhud lifestyle. Gue pikir hal baik perlu di share kan ya biar semua dapet manfaat nya.
Ibnu Qudamah [2008]
MINHAJUL QASHIDIN
(Jalan orang-orang yang mendapat petunjuk) : Pustaka Al-Kautsar.
Ketahuilah bahwa zuhud di dunia merupakan salah satu kedudukan yang mulia bagi orang-orang yang meniti jalan kepada Allah. Zuhud merupakan ungkapan tentang mengalihkan keinginan dari sesuatu kepada sesuatu yang lebih baik lagi. Apa yang dialihkan itu di syaratkan merupakan sesuatu yang disenangi seberapapun porsinya. Sebagaimana tradisi yang sudah berlaku, istilah orang zuhud di khusus kan bagi orang yang meninggalkan keduniaan.
"Apa yang ada di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal."
(An-Nahl : 96)
Diantara orang Salaf Ada yang berkata "Zuhud di dunia itu bisa menenangkan hati dan badan titik sedangkan kesenangan kepada dunia memperbanyak kekhawatiran dan kesedihan."
Bahasan 1 : Makanan
Ketahuilah bahwa hasrat orang zuhud terhadap makanan sekadar yang dapat menghilangkan rasa lapar dan yang bisa menegakkan badannya, dan tidak dimaksudkan untuk mencari kenikmatan. Didalam sebuah hadits disebutkan,
"Sesungguhnya hamba-hamba Allah itu bukanlah orang-orang yang mencari kenikmatan."
(HR. Ahmad dan Abu Nu'aim)
Aisyah rah.a pernah berkata kepada Urwah, "Hilal pernah melewati kami, lalu disusul Hilal berikutnya, sementara di rumah Rasulullah tidak dinyalakan api untuk memasak."
Urwah bertanya, "Wahai Bibi, lalu dengan apa kalian hidup?"
Aisyah menjawab, "Dengan dua makanan yang berwarna hitam, air, dan kurma."
(HR. Al-bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan At-Tirmidzi)
Hadits-hadits tentang hal ini banyak sekali dan sudah terkenal. Banyak orang-orang zuhud yang makan sekenanya, sehingga banyak badan mereka yang menjadi lemah dan tidak kuat. Sementara Ats-Tsauri membaguskan makanan. Bahkan tidak jarang dia membawa daging dendeng dan poding dalam perjalanannya.
Secara keseluruhan, orang zuhud itu lebih banyak berhemat untuk hal-hal yang sebenarnya bermaslahat bagi badannya dan dia tidak berlebihan dalam kenikmatan, kecuali jika ada yang tidak beres pada badannya. Sebab diantara mereka juga ada yang tidak kuat terhadap kondisi badannya yang melemah. Diantara manusia ada yang berbekal makanan-makanan yang halal untuk menguatkan badannya, dan hal ini tidak dianggap sebagai sesuatu yang mengeluarkannya dari lingkup zuhud. Di antara mereka ada yang khusus bekerja pada hari Sabtu, sambil untuk menguatkan badannya. Daud ath-Tha'i mendapat warisan dua puluh dinar lalu dia membelanjakannya untuk selama dua puluh tahun.
Bahasan 3 : Tempat Tinggal
Orang yang zuhud ada tiga macam dalam kaitannya dengan tempat tinggal. Yang paling tinggi adalah orang yang zuhud yang tidak menuntut tempat tinggal khusus bagi dirinya. Dia cukup puas berada di pojok-pojok masjid seperti Ashhabush-Shuffah (orang-orang yang berada di emperan masjid). Yang pertengahan adalah orang zuhud yang menuntut tempat yang khusus bagi dirinya, seperti gubuk yang terbuat dari daun-daun kurma atau yang sejenisnya. Yang paling rendah adalah orang zuhud yang menuntut rumah permanen dan bilik khusus. Jika dia menuntut bangunan yang luas dan atapnya yang tinggi, berarti dia sudah keluar dari batasan zuhud dalam masalah tempat tinggal. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam meninggal dunia dan sekalipun tidak pernah meletakkan batu bata di atas batu bata yang lain di rumahnya.
Al-hasan berkata, "Jika aku memasuki rumah rumah Rasulullah, maka aku bisa memegang atapnya."
Di Dalam Hadis disebutkan,
"Sesungguhnya orang muslim itu diberi pahala dalam segala sesuatu yang dinafkahkan, kecuali dalam sesuatu yang ia didirikan di atas tanah ini."
(HR. Ibnu Majah)
Ibrahim An-Nakha'i rahimahullah berkata, "Jika suatu bangunan cukup layak, maka tidak ada pahala dan tidak ada dosa."
Secara umum apa pun yang dimaksudkan sebagai kebutuhan pokok, maka tidak boleh melampaui batas zuhud.
Bahasan 4 : Perkakas rumah tangga
Orang zuhud harus membatasi diri pada tembikar, menggunakan satu bejana, makan dalam satu piring dan minum dengan piring itu pula. Siapa yang mempunyai banyak perkakas rumah dan tinggi nilainya maka dia keluar dari batasan zuhud.
Hendaklah dia melihat sirah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam di dalam "Shahih Muslim" disebutkan dari hadits Umar bin Al Khathab r.a, dia berkata, "Aku masuk ke tempat Rasulullah yang sedang berbaring di atas sebuah tikar, hingga tikar itu membekas di lambung beliau, aku pun melihat ke almari beliau, dan aku melihat ada tepung gandum, yang banyaknya antara sekepal hingga dua sha'." Di dalam riwayat Al-bukhari disebutkan, "Demi Allah, aku tidak melihat sesuatu pun yang menghalangi pandangan mata."
Ali bin Abu Thalib r.a. berkata, "Ketika aku menikahi Fathimah, aku dan dia tidak memiliki tempat tidur kecuali selembar kain domba. Kami tidur di atas kulit itu pada malam hari, dan kami melipatnya pada siang hari sebagai wadah air. Aku tidak mempunyai pembantu selain dirinya. Di harus membuat adonan roti."
Ada seseorang memasuki tempat tinggal Abu Dzar r.a., lalu mengedarkan pandangannya ke seluruh pojok rumah, lalu dia berkata, "Wahai Abu Dzar, aku tidak melihat satupun perabot dan perkakas di rumahmu."
Abu Dzar menjawab, "Sesungguhnya kami sudah mempunyai sebuah rumah yang lebih pantas untuk kami nikmati."
Orang itu berkata, "Tetapi selagi engkau masih berada di tempat ini, maka engkau harus memiliki perkakas."
Abuzar berkata, "Pemilik rumah ini tidak memberikan perkakas di dalamnya."
Bahasan 5 : Sarana pernikahan
Tidak ada maknanya bagi zuhud jika tidak mau menikah sama sekali, begitu pula tentang berapapun jumlah istrinya.
Ali bin Abu Thalib adalah sahabat yang paling zuhud. Sekalipun begitu dia mempunyai empat Istri dan belasan wanita tawanan. Namun Abu Sulaiman Ad Darani berkata, "Apapun yang melalaikan mu dari Allah, seperti keluarga, harta dan anak-anak adalah kesialan."
Jalan tengahnya dapat kami katakan, bahwa siapa yang merasa dikuasai nafsunya dan dia khawatir terhadap dirinya, maka dia harus menikah. Sedangkan orang yang tidak takut terhadap dirinya, maka dia bisa menimbang-nimbang sendiri, apakah memang pernikahan bagi dirinya lebih afdhal, ataukah beribadah? Dalam hal ini pun para ulama saling berbeda pendapat. Manusia pun berbeda-beda tujuannya. Diantara mereka ada yang tujuan pernikahannya untuk mendapatkan keturunan dan dapat mendorongnya untuk mencari penghasilan dari yang halal bagi keluarga. Hal ini tidak mengotori agamanya dan tidak merusak hatinya. Bahkan dengan pernikahan itu bisa menghimpun hasratnya nya, menundukkan pandangan matanya, menolak pikiran yang tidak-tidak dan lain-lainnya yang semuanya bertujuan untuk keutamaan. Dia harus membawa keadaan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, keadaan Ali r.a. dan siapapun yang seperti keduanya, tidak perlu memandang perkataan orang yang melihat zuhud harus meninggalkan pernikahan, karena pernikahan itu bisa mengantarkan kepada Apa yang dimaksudkan.
Sebagian Salaf ada yang memilih wanita yang tidak terlalu cantik, agar kecenderungannya kepada agama lebih banyak nafkah baginya lebih sedikit dan perhatian terhadap urusannya lebih mudah. Berbeda dengan wanita cantik, yang bisa mengacaukan hati, menyibukkan dan ingin memberi nafkah yang lebih banyak. Padahal boleh jadi dia tidak memiliki nafkah yang banyak.
Malik bin Dinar berkata, "Salah seorang di antara kalian ada yang sengaja mencari wanita yang cantik, lalu wanita itu berkata, 'Aku ingin pakaian wol'. Karena itu agamanya pun menjadi rontok.
Bahasan 6 : Harta
Harta sangat penting dalam kehidupan ini. Orang zuhud sangat membatasi diri dalam masalah harta agar tidak terlalu menyita waktu. Namun begitu, banyak orang-orang shaleh yang juga aktif berdagang dan sekaligus menjaga kehormatan dirinya dari hal-hal yang hina.
Hammad bin Salamah selalu membuka kiosnya. Jika dia sudah mendapatkan dua jenis biji-bijian, maka dia menutup kiosnya. Sa'id bin Al-Musayyab berdagang minyak dan meninggalkan 400 Dinar. Dia berkata, "Aku meninggalkannya untuk menjaga kehormatanku dan agamaku."
Bahasan 7 : Kedudukan
Setiap manusia harus mempunyai kedudukan, sekalipun hanya di hati pembantunya. Kesibukan orang zuhud dalam zuhudnya tentu akan mendatangkan kedudukan tersendiri di dalam hati. Karena itu dia harus waspada dari kejahatannya.
Secara keseluruhan, banyak kebutuhan penting yang bukan sekedar bagian dari dunia. Banyak di antara orang-orang salaf yang diberi harta yang melimpah. Namun mereka berkata, "Kami tidak mau mengambilnya, karena takut akan merusak agama kami."
Wallahu a'lam bishowab
Tulisan ini gue ambil dari grub literasi ya teman teman. Semoga bermanfaat.
Wassalamu'alaikum
Komentar
Posting Komentar